Perempuan memiliki peran krusial dalam mendukung ketahanan pangan melalui perhutanan sosial dengan mengelola sumber daya hutan, perempuan juga mampu melestarikan, menjaga, dan melindungi hutan, selain itu perempuan juha mampu menjadi tokoh dalam mengelola hutan.
Bertepatan dengan peringatan Hari Pangan Sedunia 2025, diselenggarakan PARARA Mini Festival 2025, sebuah festival yang menjadi ruang perayaan pangan lokal, tradisi nusantara, dan produk komunitas adat.
Festival ini bukan hanya sekadar pameran, melainkan ruang literasi, apresiasi, dan perayaan yang diharapkan dapat menumbuhkan kebanggaan terhadap kekayaan pangan dan budaya nusantara. Acara yang mengusung tema CareEatLove ini berlangsung pada tanggal 12–13 September 2025 lalu tepatnya di Taman Literasi, Blok M, Jakarta Selatan.
Selain itu, PARARA 2025 lebih menekankan kolaborasi lintas sektor. Karena menggandeng para petani, chef, akademisi, seniman, hingga pemerintah. Festival ini juga memperkuat narasi bahwa pangan lokal adalah gerakan bersama, bukan individu. Kolaborasi ini juga menjadi strategi untuk memperluas jangkauan pesan, memastikan isu pangan lokal masuk dalam ruang publik yang lebih luas, dari media sosial hingga gaya hidup masyarakat sehari-hari
Bahagia saya bisa menjadi bagian dari festival ini dengan ikut hadir di Talkshow Literasi Pangan Lokal dengan tema "Peran Perempuan dalam Perhutanan Sosial Untuk Mendukung Ketahanan Pangan" di hari Jum'at, 12 Desember 2025 bertempat di Perpustakaan Taman Literasi C Martha Tiahahu. Jujur ini pertama kalinya saya menginjakan kaki di perpustakaan ini.
Talkshow Santai Tentang Peran Perempuan dalam Perhutanan Sosial
Meskipun nuansa talkshow terlihat santai, tapi begitu masuk ke sesi inti dengan beberapa narasumber yang hadir diantaranya :
- Mardiansyah sebagai Sekretaris KTH Mulya Sari, Cilangkap, Lebak, Banten.
- Riska Agustina Afilla sebagai Perempuan Pendamping PS
- Ibu Karnelis sebagai Ketua Pakebucu (KUPS Perempuan LPHD Mahara)
![]() |
Narasumber Talkshow Literasi Pangan Lokal dengan tema "Peran Perempuan dalam Perhutanan Sosial Untuk Mendukung Ketahanan Pangan" |
Ternyata banyak informasi, pengetahuan, serta pengalaman baru yang saya dapatkan. Terlintas banyak perempuan hebat di Indonesia yang mendedikasikan dirinya bukan hanya menjadi Ibu Rumah Tangga semata saja. Meskipun gelar Ibu Rumah Tangga bukanlah sekedar status, tapi karir.
Talkshow ini bukan hanya tentang hutan, tapi juga tentang pangan, tentang perempuan sebagai penjaga keberlanjutan hutan dan masa depan hutan.
Pak Mardiansyah mengatakan, dalam kegiatannya sangat melibatkan peran perempuan, dimana mereka diberikan kepercayaan untuk bersama-sama membangun ketahan pangan di daerah, supaya ekonomi masyarakat ikut maju. Karena jika masyarakat diberikan izin kelola maka masyarakat akan bertanggung jawab untuk terlibat aktif dan tidak lupa melibatkan perempuan di dalamnya.
Jadi jangan pernah meragukan peran perempuan di dalam perhutanan sosial dan pangan.
Selain itu Mba Riska dalam kesempatan talkshow ini juga menceritakan pengalamannya selama di lapangan dan keterlibatannya dalam kehutanan sosial. Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat (FKKM) dalam legalnya Yayasan Kehutan Masyarakat Indonesia (YKMI) dimana ini merupakan lembaga yang mempromosikan dan mendorong kehutanan masyarkat, ketahanan pangan dan hutan perakitan.
Bagaimana Mba Riska bisa terjun menjadi pendamping PS, karena menurut beliau ingin membuktikan jika persepsi kalau tugas perempuan hanya di rumah saja, itu tidak sepenuhnya benar. Karena persepsi perempuan itu berurusan dengan domestik dan laki-laki bekerja di luar rumah. Persepsi terkait dengan gender ini sebenarnya hanya persepsi saja, pada kenyataannya setiap pribadi kita mempunyai peluang untuk menyampaikan pendapat untuk bersuara.
Mba Riska sebagai Pendamping Perhutanan Sosial dan statusnya sebagai perempuan, melihat banyak peran perempuan yang mengolah di dalam produk kehutanan. Selain itu menjadi pendamping PS ternyata sangat complex bukan hanya soal wisata saja, tapi juga soal pangan, soal mengelola hutan dan tentunya ini menjadi peluang bagi dirinya dan perempuan lainnya untuk mendukung ketahanan pangan.
Pendapat Mba Riska dibuktikan oleh Ibu Karnelis sebagai seorang yang terjun langsung diPasukan Kelompok Butuh Cuan (Pakubucu), ini terbentuk awalnya dari 15 orang dan seiring waktu yang aktif hanya sisa 7 orang. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat anggota untuk melanjutkan tujuan dari komunitas mereka.
Pakubucu memulai usahanya dengan mengumpulkan dana dari 7 orang yang aktif ini, sehingga terkumpul dana sebesar Rp. 175.000, dan dana tersebut dijadikan modal awal untuk usaha mereka membeli satu tandang pisang, minyak goreng, plastik, lilin yang digunakan sebagai perekat untuk mereka kelola menjadi keripik pisang. Awalnya hanya ada 3 warung yang mau menerima keripik mereka hingga akhirnya menjadi 10 warung.
Jika ada pepatah yang mengatakan usaha tidak akan menghianati hasil, benar adanya dan pakubucu ini membuktikannya.
Produksi membuat keripik pisang yang awalnya seminggu hanya 1x, Alhamdulillah produksi terus meningkat dalam seminggu bisa 2 sampai 3 kali, setelah berjalan selama 3 bulan, bersyukur saldo mereka sudah mencapai Rp. 2.000.000. Dari sini kita bisa belajar bahwa kita semua bisa berusaha, berjuang, berproses hingga kita bisa memetik hasilnya. Meskipun di tengah tantangan yang Pakubucu hadapi dalam usaha mereka, tapi hal tersebut tidak menghentikan semangat mereka untuk terus berkarya.
Dari Talshow ini, saya jadi lebih mengetahui lagi mengenai begitu besarnya peran perempuan dalam perhutanan sosial untuk mendukung ketahanan pangan kita. Untuk membangun dan menciptakan kemandirian kelompok masyarakat mandiri dan sejahtera diperlukan :
• Keterlibatan Perempuan sebagai pendorong keberhasilan perhutanan sosial
• Peran perempuan utamanya dalam kegiatan pasca panen (pengolahan produk)
• Peningkatan sosialisasi, komunikasi, pemahaman, pemberian peran, dan kapasitas perempuan dalam Perhutanan Sosial
• Kolaborasi, integrasi dan sinergitas para pihak
Begitu juga jadi lebih mengenal tentang Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat (FKKM) yang memiliki tujuan sebagai lembaga dan usaha kehutanan masyarakat yang kuat, mandiri, dan berkelanjutan tahun 2030.
Peran Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat (FKKM) di tengah Masyarakat
FKKM ini didirikan di Fakultas UGM Yogyakarta pada 24 September 1997, ada 5 unsur anggota dalam berdirinya FKKM ini, yaitu :
1. Masyarakat Adal/lokal
2. CSO/NGO
3. Pemerintah
4. Swasta
5. Akademisi
Mungkin masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang peran dari FKKM ini, dan pada kesempatan talkshow ini saya mendapatkan informasi bahwa Visi dari FKKM yaitu terwujudnya pengelolaan hutan dan sumber daya alam berbasis masyarakat yang adil, transparan, bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Sedangkan Misi dari FKKM yaitu:
- Peningkatan akses KM dan penguatan tata kelola melalui kolaborasi multipihak untuk keadilan dan berkelanjutan
- Memperkuat komunitas epistomik kehutanan masyarakat melalui FKKM sebagai Center of Excellence
- Menata kelambagaan forum kehutanan multipihak yang baik.
- Akses kelola hutan untuk masyarakat dan kelompok hutan
- Pendanaan hijau untuk perlindungan lingkungan
- Pemulihan dan rehabilitasi alam
Tidak ada komentar
Terima kasih sudah mampir di Blog saya, semoga bermanfaat.
Tunggu kunjungan balik saya di Blog kalian.
Salam hangat