Noviyanto, Penggagas Keju Lokal dari Kota Susu Boyolali Indonesia

Tau nggak kenapa Boyolali dijuluki Kota Susu?

Kabupaten Boyolali yang berada di Provinsi Jawa Tengah dikenal dengan julukan sebagai Kota Susu, ternyata julukan ini disematkan kepada Kabupaten Boyolali karena wilayah ini merupakan daerah penghasil susu segar terbesar di Jawa Tengah.


Kalau begitu Boyolali mengingatkan kita sama negara New Zealand atau Selandia Baru yang juga negara penghasil susu dan olahan susu cukup besar di dunia. Boyolali juga terkenal dengan peternakan sapinya, dan penghasil susu segar. 

Produksi Susu Sapi di Boyolali 

Berdasarkan data BPS tentang Produksi Telur Unggas dan Sapi Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Ternak di Provinsi Jawa Tengah, produksi susu sapi di Boyolali pada tahun 2019 dan 2021 berada di peringkat pertama.

Produksi susu sapi di Boyolali pada tahun 2019 mencapai 51.108,02 ton dan meningkat pada tahun 2020 dengan jumlah 51.388,02 ton. Sedangkan pada tahun 2021 tercatat bahwa dalam tiga tahun terakhir Boyolali memiliki jumlah sapi perah sebanyak 94.000. Kerena terus konsisten dan Boyolali mampu menyumbangkan 49.000 ton/tahun yang setara 136 ton per hari. 

Alhasil membuat Kabupaten Boyolali menyumbang 49 persen produksi susu sapi di Jawa Tengah dan menjadi yang tertinggi. Boyolali terkenal dengan daerahnya yang subur karena terdapat beberapa gunung, dua diantaranya adalah gunung Merbabu dan Gunung Merapi. Sehingga Boyolali menjadi salah satu lumbung pangan bagi Provinsi Jawa Tengah.

Makanya nggak heran kalau banyak oleh-oleh khas Boyolali didominasi produk kuliner. 

1. Tahu Susu, karena olahan tahu ini menggunakan susu jadi citarasa yang dihasilkan berbeda dengan tahu biasanya, dilihat dari segi aroma dan rasa yang lebih manis. Dari segi tekstur tahu ini juga sangat lembut

2. Dodol Susu, dodol susu kota Boyolali memiliki rasa yang lebih manis dan creamy, teksturnya sangat kenyal.

3. Keju Meneer, makanan hasil fermentasi susu sapi ini berasal dari daerah Selo yang membuat produk keju dengan rasa yang sangat gurih dan tahan sekitar 7 hari dalam perjalanan.

4. Dendeng Sapi, nggak lengkap kalau kita mengunjungi Boyolali tapi tidak mencicipi dendeng sapinya. Karena dalam pengolahannya menggunakan daging sapi pilihan dan bumbu yang berkualitas 

5. Abon Sapi, bentuknya serabut berwarna kecoklatan terang hingga kehitaman. Cita rasanya dominan gurih dan manis

Pada tahun 2005 hingga 2007 peternak sapi perah di daerah Boyolali mengalami kendala yang cukup besar, akibat dari over produksi dan penanganan yang lambat. Dimana KUD yang menampung susu segar dari peternak pernah membuang 200 liter susu per hari. Selain itu juga belum ada produsen yang mengolah susu sapi dalam jumlah yang besar.

Melihat hal ini menggerakkan Noviyanto, salah satu anak muda asli Boyolali yang memiliki ide untuk membuat tempat pengolahan susu menjadi produk baru yang tentunya bisa menyelamatkan para peternak dan meningkatkan nilai jual susu Boyolali.

Noviyanto, Penggagas Pembuatan Pabrik Keju di Boyolali 

Berawal dari membawakan susu murni untuk rekan-rekannya di kampus pada era tahun 2000-an menjadikan Noviyanto menjadi pengusaha keju. Meskipun alumni jurusan arsitektur, Noviyanto bertekad untuk membantu mengatasi peternak dimana meskipun panen susu sapi melimpah, tapi  pemanfaatannya tidak maksimal. Sehingga berujung kepada pemborosan dan pembuangan susu berlebihan.


Noviyanto, putra asli asal Boyolali ini menjadi penggagas pabrik keju pertama di Jawa Tengah. Semua bermula saat ia mendampingi tenaga ahli dari Jerman, untuk proyek kerjasama Indonesia-Jerman Deutscher Enwicklungsdient (DED) tahun 2007. Tenaga ahli bernama Benjamin Siegl itu kebetulan ahli dalam pengolahan produk susu. 

Dengan bahan dasar susu bisa dibuat banyak olahan berbagai produk seperti, karamel, sabun, keju dan masih banyak produk lainnya. Sehingga ia berinisiatif susu Boyolali yang berkualitas diolah menjadi keju. Sedangkan untuk susu yang kualitasnya dibawah diolah menjadi olahan sabun.

Namun, sayangnya usulan ini kurang diterima dengan baik dan tidak mendapat dukungan dari pemerintah karena dianggap tidak memiliki pasar.

Tapi dengan tekadnya yang kuat, Noviyanto terus berusaha dan kemudian ia mendirikan sebuah lembaga yang memproduksi dan memasarkan keju sendiri. Keberuntungan berada di pihak Noviyanto, meski sudah kembali ke negara asalnya, Benjamin tetap bersedia membantunya secara pribadi. Akhirnya, bersama sejumlah teman dan peternak sapi di Boyolali, ia resmi mendirikan Koperasi Simpang Usaha (KSU) Boyolali pada tahun 2009. 

Pabrik keju yang berlokasi di daerah Dukuh Karangjati, Karanggeneng, Boyolali, beranggotakan lebih dari 600 peternak sapi perah di daerah Boyolali. Setiap hari pabrik keju Indrakila dapat memproduksi lebih dari 50 kg keju.

Nama Indrakila diambil dari Cerita Pewayangan 

Mengusung Indrakila sebagai nama usahanya, ternyata Noviyanto mengambil nama tersebut dari kisah pewayangan. Indrakila merupakan tempat Arjuna berdoa sebelum perang melawan Kurawa. Jadi inti dari pemakaian nama ini adalah sebagai tempat untuk berdoa dan ia menganggap usaha pembuatan keju ini adalah bagian dari doa yang dipanjatkannya.

Pada awal produksi keju Indrakila tidak semulus yang dibayangkan, kesalahan demi kesalahan terjadi hingga akhirnya Noviyanto bisa menemukan formula yang pas agar produksi kejunya bisa diterima pasar.

Pabrik yang telah mampu memproduksi 50 kilogram keju per hari ini mempunyai 9 varian, diantaranya, mozzarella, mountain, feta, mountain chili, feta blackpaper, feta olive oil, dan boyobert. 


Boyobert merupakan jenis keju seperti camembert, tapi ia sengaja mengubah namanya dari gabungan kota Boyolali dan Camembert. Lalu ada tiga jenis keju yang sudah mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan sudah dipasarkan secara retail ke supermarket, yaitu untuk jenisnya Mozarella, Keju Keraf, dan Keju Feta.

Keju yang dihasilkan rasanya tidak kalah lezat dengan citarasa keju buatan pasar internasional. Semua keju produksi Indrakila tersebut dijual dengan harga yang cukup kompetitif, yakni di kisaran Rp 125 ribu hingga Rp 200 ribu per kilogram, tergantung jenis kejunya.

Bukan hanya di Boyolali saja, jangkauan pasar keju buatan Indrakila telah berkembang hingga ke pulau Jawa, Bali, Semarang, Yogyakarta dan Solo. Dengan penjualan keju ini Noviyanto bisa mengantongi omzet minimal Rp. 60 juta dalam sebulan. 

Proses Pembuatan Keju Indrakila 

Untuk menjaga kualitas kejunya, Indrakila selalu meminta susu berkualitas terbaik dari pengepul. Salah satu tolak ukurnya adalah kadar lemak yang tinggi. Sebagai konsekuensinya, Indrakila harus membayar susu tersebut dengan harga yang lebih tinggi. Memang dimana-mana ada harga pasti ada kualitas. Meski demikian, hal itu tidak menjadi persoalan bagi Noviyanto. Selain demi menjaga kualitas keju, sejak awal Noviyanto memang memiliki tekad untuk mensejahterakan peternak sapi Boyolali dengan memberikan harga terbaik.

Memanusiakan manusia dan ikut mensejahterakan masyarakat sekitarnya adalah salah satu tujuan Noviyanto.

Dalam proses pengolahan susu menjadi keju setidaknya menggunakan 4 bahan utama yang digunakan yaitu, susu sapi, bakteri asam laktat, renin dan garam. Untuk prosesnya sendiri, pertama susu sapi pasteurisasi dalam suhu sekitar 70-80 derajat. Kemudian, bakteri asam laktat dimasukkan untuk memisahkan lemak dengan protein. Lemak atau dadih ini lah yang kemudian diproses menjadi keju. 

Selanjutnya lemak sapi yang sudah terpisah ditambahkan renin yang berfungsi untuk mengumpulkan lemak hingga menjadi lebih padat. Tahap terakhir bahan keju ditambahkan garam, kemudian dicetak. Untuk menghasilkan keju proses waktu yang diperlukan kurang lebih 4-5 jam saja. Jadi susu yang diolah menjadi keju benar-benar menggunakan bahan dasar yang masih segar.

Bersyukur pabrik keju Indrakila menjadi salah satu pabrik penghasil keju terbesar di Boyolali, jadi kita tidak perlu lagi untuk membeli keju buatan pabrik tersebut. Karena kualitasnya sudah terjamin dan rasanya juga enak. Noviyanto juga berharap agar suatu saat nanti keju lokal bisa lebih diterima masyarakat Indonesia sehingga bisa memajukan perekonomian para peternak sapi di Boyolali.

Tidak ada lagi cerita susu sapi yang dibuang ke sungai karena kelebihan produksi dan harga jual susu sangat murah.

Rangkul Pengusaha Lain Menjadi Mitra

Kesuksesan Noviyanto dalam mengembangkan pabrik keju yang diraihnya, lantas tidak membuat dirinya lupa diri. Ia memberdayakan warga sekitar pabrik untuk bekerja dengannya dan juga merangkul sejumlah mitra untuk ikut mengembangkan usaha.

Noviyanto membuka lebar kesempatan pengusaha lokal lain untuk ikut menjualkan produk olahan susu di tokonya. Alhasil produk yang dijual di toko Indrakila tidak hanya keju saja, tetapi ada juga nugget, ice cream, yogurt, sempol, permen susu hingga sabun susu.


Jadi, ini konsepnya temen-temen pengusaha di Boyolali boleh menjual produk olahan susu selain keju. Hal ini dilakukannya supaya pengusaha lain ikut mengolah dan mengembangkan produksi susu yang sangat berlimpah di Boyolali.

Berkat usaha dan kerja keras yang dilakukan Noviyanto, kini pabrik Indrakila menjadi salah satu produsen keju yang dikenal banyak kalangan. Selain itu ia juga diganjar sejumlah penghargaan, salah satu diantaranya dari PT. Astra International Tbk.

Noviyanto sukses menjadi pemenang SATU Indonesia Awards (SIA) 2012 untuk kategori Kewirausahaan. Dari penghargaan inilah kesuksesan Noviyanto semakin terbuka lebar. Produk keju buatan pabrik Indrakila semakin dikenal luas. 

Selain itu ia juga kerap diundang menjadi narasumber atau ikut mendampingi pelaku usaha lainnya. Usaha Indrakila yang dijalani Noviyanto memiliki semangat yang sama dengan Astra.

Memiliki rasa yang khas keju lokal Indrakila menjadi salah satu contoh keju buatan tangan yang diproduksi menggunakan metode tradisional Eropa namun menggunakan bahan baku lokal. Sehingga menjadikan keju Indrakila menjadi bagian dari kekayaan alam kuliner Indonesia.

Jangan lupa ya teman-teman kalau ke Boyolali beli oleh-olehnya Keju dari Indrakila.



Tidak ada komentar

Terima kasih sudah mampir di Blog saya, semoga bermanfaat.
Tunggu kunjungan balik saya di Blog kalian.

Salam hangat