Eklin Amtor de Fretes, Berkeliling Membawa Pesan Toleransi dan Perdamaian Melalui Dongeng

Sebagai warga Indonesia kita boleh berbangga lho, karena memiliki aneka suku dan budaya. Bangga memiliki tanah air yang subur dan kaya sumber daya alam. Negara Indonesia saat ini berada di antara dua peradaban yaitu sebelum dan setelah merdeka. Para pejuang kemerdekaan telah mewariskan kekuatan dan kesetiaan bagi bangsa ini.

Sekarang saatnya bagi kita sebagai generasi penerus untuk mempertahankan kekuatan dan kesetiaan kita pada tanah air tercinta. Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini banyak membawa perubahan, terutama dalam hal gaya hidup dan pola pikir manusia. 

Tak heran jika banyak diantara kita jarang bertandang ke negeri dongeng karena lebih tertarik ke dunia virtual yang dirasa lebih menyenangkan. Padahal indahnya dunia negeri dongeng ini tempat kita bisa menggambarkan angan-angan, bisa mendapatkan inspirasi, menemukan keajaiban ketika dunia nyata dirasa terlalu sesak, berisik, gaduh, berlari ke dunia negeri dongeng bukankan akan menjadi terapi untuk pemulihan kualitas kesehatan mental kita.




Dongeng bermuka dari tradisi lisan nenek moyang yang terdirseminasi secara manual dari mulut ke mulut hingga akhirnya menyebar ke berbagai daerah seluruh Nusantara. Saat ini dalam perkembangannya setiap wilayah memiliki cerita rakyat yang menjadi dongeng ikonik untuk masing-masing daerah.

Salah satu cerita yang sangat terkenal di Indonesia adalah cerita Maling Kundang dari Sumatera Barat, Sangkuriang asal Jawa Barat dan masih banyak lagi.

Sukacita dalam bercerita ini dirayakan sebagai Hari Dongeng Nasional dan disambut baik oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hingga ditetapkan tanggal 28 November 2015 awal momen peringatannya. Kenapa jatuh pada tanggal 28 November? Karena pada tanggal tersebut merupakan hari lahir Drs. Suyadi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pak Raden, yang merupakan tokoh penting dalam serial boneka Unyil.

Teman-teman masih ingat nggak dengan sosok Pak Raden? 

Tradisi mendongeng perlahan semakin tersingkir oleh pesatnya perkembangan teknologi saat ini, bahkan banyak orang tua yang sudah jarang  menjadikan dongeng sebagai media penghibur anak-anak sebelum tidur. Bisa jadi generasi Alpha yang tengah tumbuh saat ini belum tentu menikmati cerita dongeng untuk melewati malam mereka.

Sekarang ini banyak ragam cerita yang divisualisasikan ke layar sehingga kebiasaan mendongeng sedikit terlupakan.

Segudang Manfaat Dongeng di Era Digital

Kemajuan era digital tidak dapat kita hindari dan beruntungnya masih ada para pegiat dongeng yang masih serius dan terus melestarikan budaya cerita bertutur, bahkan diantara mereka menekuni dunia pekerjaan sebagai pendongeng profesional.

Salut untuk mereka para pemerhati anak-anak yang memiliki kepedulian tinggi terhadap tumbuh kembang generasi penerus Bangsa dan mereka paham betul kalau dongeng itu ikut berperan dalam membentuk karakter anak, selain fungsi terapi untuk jiwa anak yang damai.

Dongeng tidak hanya bermanfaat bagi para penikmat yang mendengarkannya saja, tapi bagi para pendongeng sebagai orang yang menyampaikan cerita juga memperoleh banyak manfaat : 
- Mengajarkan suatu nilai tanpa terkesan menggurui 
- Mengembangkan wawasan, karena mereka terus belajar dan banyak membaca untuk memperkaya materi cerita 
- Meningkatkan keterampilan bahasa
- Memperoleh pelajaran menulis

Sementara manfaat bagi sisi pendengar dongeng, yang umumnya anak-anak memberikan manfaat bagi perkembangan anak baik secara kognitif, emosi maupun perilaku mereka.

Berbicara tentang dongeng, saya jadi teringat beberapa waktu lalu anak saya Keysha menanyakan kisah cerita dongeng Si Rusa dan si Kulomang. Cerita ini ditanyakan-nya karena gurunya bercerita tentang dongeng tersebut di sekolah. Ternyata cerita ini sangat menarik perhatiannya, masih diingat jelas dan setibanya dirumah dia sangat bersemangat untuk berbagi ceritanya dengan saya.

Akhirnya kita mencari tahu bersama tentang dongeng Si Rusa dan Si Kulomang, ternyata ini salah satu Cerita Rakyat Maluku yang terkenal dan hingga sekarang ini masih sering diceritakan..

Belakangan ini Cerita Rakyat Maluku kini kembali mulai banyak didengarkan kepada generasi muda warga Maluku, hal ini bertujuan agar cerita rakyat daerah mereka tidak terlupakan oleh zaman. Selain itu juga sebagai cerminan budaya, adat, dan kehidupan masa lampau masyarakat Maluku dan Maluku Utara.

Makanya sangat di sayangkan jika kita tidak membiasakan budaya dongeng di tengah keluarga. Karena sebenarnya dongeng itu bukan hanya sebagai salah satu kegiatan selingan atau teman tidur anak-anak saja. Tapi bagi seorang Eklin Amtor de Fretes, dongeng bisa menjadi pembawa pesan perdamaian dan toleransi bagi generasi muda Indonesia.

Eklin Amtor de Fretes, Berkeliling Membawa Pesan Toleransi dan Perdamaian Melalui Dongeng 

Pada awal reformasi, Maluku diliputi konflik berdarah yang merenggut hampir 5.000 nyawa antara tahun 1999 hingga tahun 2002, dua dekade berlalu sebagian masyarakat di Maluku masih hidup dengan bayang-bayang konflik tersebut.

Eklin masih ingat betul bagaimana mencekamnya peristiwa kerusuhan Ambon pada tahun 1999 tersebut. Bentrokan yang dipicu sentimen agama, pembakaran rumah, hingga pengrusakan tempat ibadah yang menimbulkan banyak korban, tidak hanya orang dewasa saja tapi juga banyak anak-anak tidak bersalah yang menjadi korban.

Eklin Bersama Teman Bonekanya Dodi
Instagram.com/kak_Eklin

Eklin sendiri tidak memiliki pengalaman traumatik dari konflik yang terjadi di Maluku, karena ia memiliki ayah yang berprofesi sebagai seorang tentara, Eklin merasa beruntung karena tinggal di lingkungan yang aman dari konflik. Namun, ia tahu banyak teman-teman sebayanya yang tidak seberuntung dirinya, sehingga mereka terpaksa harus merasakan ketakutan yang menimbulkan trauma hingga kini.

Banyak mendengar cerita tentang orang-orang yang terbunuh karena ditembak, dibom, diparangi hingga kejadian tragis lainnya. Eklin tercengang mendengar kisah itu, ia tak bisa membayangkan teman-temannya harus mengalami kepahitan seperti yang terjadi di film-film action yang pernah ditontonya di televisi.

Saat konflik itu terjadi, Eklin baru berusia 7 tahun. Tapi ia masih ingat betul peristiwa mencekam yang terjadi di Ambon saat itu, Eklin kecil harus mengungsi bersama keluarga meninggalkan kampungannya di Masohi, Maluku Tengah. Eklin juga merasakan ikatan yang kuat di lingkungannya untuk saling melindungi meski di tengah banyaknya perbedaan.

Eklin terlahir dan besar dari keluarga penganut Kristen Protestan tinggal di lingkungan yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Kekeluargaan antar beragama itu nyata, dimana orang-orang di kampungnya dulu saling bergotong royong dan saling menjaga, bahkan dengan keluarga yang berbeda agama. Termasuk keluarga Eklin yang asli Ambon.

Tidak hanya rasa saling menjaga yang kuat, ia juga teringat salah satu tetangganya yang kerap menceritakan kisah-kisah cerita perdamaian. Cerita-cerita indah itu sangat membekas di hati dan benaknya, yang tidak ia lupakan hingga tumbuh dewasa. Sosok inspiratif tersebutlah yang akhirnya membuka ketertarikan laki-laki kelahiran tahun 1991 ini menjadi seorang pendongeng sekaligus menyebarkan toleransi dan perdamaian kepada generasi penerus bangsa.

Puluhan tahun berlalu dan konflik telah usai, tapi masa lalu yang kelam tersebut masih menimbulkan segregasi wilayah di daerahnya. Ternyata masih saja ada praktik pemisahan kelompok berdasarkan agama, dan ras di daerah mereka. Dimana masalah kecil saja bisa menjadi rentan dan menimbulkan gesekan. Hal ini terjadi karena adanya kisah turun-temurun dari orang tua yang mengalami kepahitan saat konflik, lalu mereka bercerita pada anak cucu mereka.

Sehingga cerita masa lalu itu rentan menimbulkan prasangka yang bisa memercikkan konflik serupa di masa sekarang ini.

Fenomena inilah yang membuat Eklin Amtor de Fretes, menjadi resah berkepanjangan, ia menyayangkan kejadian konflik di masa kini terjadi akibat konflik 22 tahun silam. Maka, ia pun bergerak bersama teman-temannya yang memiliki kegelisahan yang sama.

Beranjak dewasa dan saat ia kuliah di jurusan Teologi, Universitas Kristen Indonesia di Ambon, saat itu tahun 2006 Eklim mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Asosiasi Living Value Education di Jakarta. Ia menjadi trainer nasional untuk metode pendidikan yang menghidupkan nilai.

Setelah pelatihan selesai, Eklin kembali ke Ambon untuk menerapkan ilmu yang telah didapatnya. Ia berusaha mengadaptasi pelatihan yang ia dapatkan dengan nilai-nilai yang ada di daerahnya. Eklin menyusun metode bagaimana melakukan penyembuhan diri terhadap trauma masa lalu yang berkaitan dengan kerusuhan Maluku.

Eklin bersama dengan teman-temannya berinisiatif mendirikan Youth Interfaith Peace Camp di tanah kelahirannya pada tahun 2017. Forum ini dibuat sebagai wadah untuk berbagi nilai-nilai sekaligus menyebarkan perdamaian dengan cara yang lebih kreatif dan bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Eklin Bersama Rekanya di Rumah Dongeng Damai
Instagram.com/kak_Eklin

Komunitas ini beranggotakan para pemuda yang berasal dari berbagai agama dan kepercayaan, serta latar belakang yang berbeda. Mereka banyak berdiskusi bagaimana meningkatkan perdamaian diantara masyarakat Ambon. Para anggota komunitas bahkan sering mengadakan acara menginap di Desa Latuhalat yang mayoritas penduduknya kristen, dan juga di Desa Tulehu yang penduduknya memeluk Islam.

Cerita Awal Berdongeng Keliling 

Eklin khawatir masih banyak orang tua yang menceritakan kisah kelam masa lalu kepada anak-anaknya. Memang kita tidak boleh melupakan sejarah, tapi kisah-kisah konflik seperti ini dari mulut ke mulut rentan terhadap prasangka buruk dan salah paham.

Ketika Eklin merasa sudah memiliki kemampuan mendongeng, ia membeli boneka yang diberi nama Dodi akronim dari Dongeng Damai. Bersama boneka Dodi ini, Eklin merasa lebih percaya diri untuk tampil di depan orang banyak. Ia juga belajar menulis dongeng untuk ia bawakan di depan penonton. Setelah belajar dan menulis dongeng sendiri, ia memantapkan hatinya berkeliling Maluku untuk mendongeng. 

Ia berdongeng keliling dengan metode ventrilokuisme. Ini merupakan seni berbicara tanpa menggerakkan bibir. Teknik ini mengandalkan suara perut untuk berbicara. Dongeng perdamaian yang disampaikan Eklin tidak hanya di dengar oleh anak-anak saja, tapi juga orang dewasa dari berbagai latar belakang.

Sempat Ditolak Sana-sini 

Eklin memulai misinya pada bulan Januari 2018, ia selalu didampingi oleh tim melawan Merawat Jalan Perdamaian (MUP). Pulau pertama yang didatanginya adalah sebuah desa di pulau seram yang dihuni satu suku penganut keyakinan lokal. Keinginan dirinya untuk mendongeng disana ditolak secara mentah-mentah oleh para tetua. Selain itu latar belakang Eklin sebagai calon pendeta membuatnya dicurigai akan melakukan kristenisasi di desa tersebut.

Selanjutnya Eklin berkeliling ke daerah-daerah rawan konflik, seperti Desa Saleman dan Desa Horale di Pulau Seram dan diterima dengan antusias oleh masyarakat desa. Ketua desa tempat terjadinya konflik ini ternyata sudah lama hidup terpisah.

Eklin Bersama Boneka Dodi Bercerita di Depan Anak-anak 
Instagram.com/kak_Eklin

Berkat dongengnya, ia mampu menyatukan penduduk kedua desa itu. Tentu saja hal ini membuat Eklin terharu karena bisa melihat sendiri ketua desa berpelukan sambil menangis terharu karena sudah lama tidak bersua. Ini menjadi sebuah pengalaman berharga bagi Eklin untuk melanjutkan misi Dongeng Damai.

Komitmen Eklin yang kuat mulai membuahkan hasil yang manis. Meski awalnya kerap mendapatkan penolakan, saat ini ia mulai menjajaki ratusan desa dan mendongeng di hadapan puluhan ribu anak-anak di dalam dan luar Maluku, bahkan di desa perbatasan yang masih rawan konflik.

Langkah selanjutnya, Eklin mulai mendapat fasilitas seperti disediakan tempat oleh pihak polisi dan tentara. Saat mendongeng, ia selalu menyisipkan pesan perdamaian dan kemanusiaan. Anak-anak selalu antusias melihat penampilan Eklin dan Dodi. Pengalaman berkesan selama Dongeng Damai di abadikan dalam buku Mari Belajar Mendongeng Kisah-kisah Damai. Belasan dongeng buatannya sendiri terangkum dalam buku sederhana itu. 

Pada tahun 2020, Eklin telah menjadi pendeta, namun langkahnya untuk Dongeng Damai tidak terhenti. Ia tetap mendongeng tentang perdamaian. Apresiasi mulai berdatangan dari berbagai pihak, salah satunya melalui program kontribusi sosial yang berkelanjutan dari Astra bertajuk Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards sebagai sosok pemuda inspiratif penerima apresiasi bidang Pendidikan di tahun 2020.

Penghargaan ini merupakan salah satu bentuk komitmen Astra untuk mendukung generasi muda bangsa yang telah memberikan kontribusi nyata untuk meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia melalui berbagai program dan karya.

Eklin percaya kalau dongeng masih bisa hidup dan menjadi media pendidikan yang menghidupkan nilai dan merawat perdamaian di Maluku, bahkan di Indonesia dan di dunia.

Ia juga menginginkan masyarakat Indonesia terus merawat perdamaian walaupun dengan cara yang berbeda-beda. Eklin dengan cara dongengnya, dan kiya bisa melakukannya dengan cara kita masing-masing.

Komitmen Bersama Merawat Perdamaian di Tengah Perbedaan 

Merawat perdamaian di tengah perbedaan saat ini adalah sebuah tantangan yang memerlukan kesadaran dan komitmen yang tinggi dari setiap individu. Hidup di masyarakat yang beragam, perbedaan latar belakang, budaya, dan keyakinan seringkali dapat menimbulkan konflik, oleh karena itu penting untuk membangun toleransi dan saling menghargai.

Kesabaran menjadi kunci untuk menghadapi berbagai cobaan hidup, termasuk tidak lekas marah, putus asa, atau patah hati. Menanamkan nilai-nilai kesabaran dan pendidikan yang baik adalah langkah strategis untuk menciptakan masyarakat yang damai dan harmonis.

Eklin memilih lewat Dongeng Damai untuk menjaga perdamaian dan toleransi, kita juga bisa memulai dari diri sendiri, orang terdekat dengan menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Dengan komitmen bersama untuk merawat perdamaian, diharapkan masyarakat dapat bergerak maju menuju masa depan yang lebih harmonis, sejahtera dan berkeadilan.

Aamiin 




Tidak ada komentar

Terima kasih sudah mampir di Blog saya, semoga bermanfaat.
Tunggu kunjungan balik saya di Blog kalian.

Salam hangat