Kisah Hebat dari Seorang Perempuan Pejuang Penyakit Kusta dan Tetap Berkarya

Kusta bukan hanya penyakit yang menyerang tubuh saja, tapi juga bisa menggoyahkan mental seseorang yang terinfeksi penyakit ini. Mba Yuliati Ketua Permata Sulawesi Selatan & OYPMK Perempuan, berbagi kisah perjuangannya bisa sembuh dan bangkit dari penyakit kusta.

Wanita & Kusta dari Mba Yuliati, Tidak hanya berjuang untuk kesembuhannya, tapi juga tetap berkarya



Bagi kebanyakan masyarakat kita masih banyak yang mencap buruk bahkan mempercayai kalau kusta adalah sebuah kutukan. Stigma negatif dari masyarakat ini lah yang kian menambah berat bagi penderitanya. Pemberian informasi yang benar dan intensif kepada masyarakat, yakin siy kalau stigma stigma negatif tentang penyakit kusta dapat dihapus dan bisa menekan jumlah kasus penularan penyakit ini di Indonesia.

Sadar akan apa yang menimpa dirinya, Mba Yuli merasakan syok yang luar biasa dan langsung menarik dirinya dari keluarga dan teman-teman. Bahkan pikiran untuk segera mengakhiri dirinya sempat terlintas karena merasa malu dan putus asa dengan penyakit yang dideritanya.

Yaa, ternyata sedahsyat itu dampak yang diakibatkan akibat penyakit kusta. Saat menyadari ada luka kecil di ibu jari kakinya, Mba Yuli langsung mencari tahu dan melihat dari ciri-cirinya ketika itu dia yakin telah terkena penyakit kusta. Apalagi hal ini diperkuat dengan salah satu kerabat dekatnya yang sangat dekat dengan dirinya telah terkena penyakit kusta.


Menyembunyikan Penyakit Kusta dari Keluarga

Sadar jika penyakit yang dideritanya bisa menular kepada orang lain, Mba Yuli menyembunyikan penyakit ini dari keluarga dan temannya. Penyakit kusta yang menimpa mba Yuli bukan hanya menyerang tubuhnya tapi juga rentetan serangan psikologis, bukan hanya stigma negatif yang terkait dengan penyakitnya tapi juga akibat dari penyakit dan pengobatannya itu sendiri.

Mba Yuli mengasingkan dan menyembunyikan penyakit kusta yang dideritanya dari keluarga, meskipun saat itu dirinya sedang menempuh pendidikan di bangku kuliah. Sekuat apapun Mba Yuli menyembunyikannya namun pihak keluarga pada akhirnya mengetahuinya juga.

Penyakit Kusta yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui percikan cairan dari saluran pernapasan (droplet), yaitu ludah atau dahak, yang keluar saat batuk atau bersin. 

Seseorang dapat tertular kusta jika terkena percikan droplet dari penderitanya secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Ya, ini yang perlu digaris bawahi dalam kurun waktu yang lama.  Dengan kata lain, bakteri penyebab lepra tidak dapat menular kepada orang lain dengan mudah. Selain itu, bakteri ini juga membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak di dalam tubuh penderita.

Mba Yuli terkena penyakit kusta ini akibat dalam kurun waktu yang lama dia kontak dengan kerabat dekatnya yang terinfeksi kusta ditambah lagi kondisi imunnya yang menurun. Bersyukur saat mengetahui Mba Yuli terkena penyakit kusta, keluarga justru merangkulnya, bisa menerima dirinya dan justru segera mengajak Mba Yuli untuk segera melakukan pengobatan.

Sang Kakak iparlah yang pertama kali mengetahuinya, karena curiga sang adik ipar yang berhari-hari tidak masuk kuliah. Ketika mendengar cerita apa yang dirasakan oleh Mba Yuli, sang kakak ipar menerimanya dengan baik dan mendampingi dirinya untuk berobat ke puskesmas. 

Saat datang berobat ke puskesmas, dokter yang memeriksanya juga tidak mendiskriminasi dirinya justru menyemangati Mba Yuli kalau dirinya bisa sembuh dari penyakit ini, karena saat itu bercaknya hanya ada di bagian ibu jari kakinya. 

Menarik dan mengasingkan dirinya dari keluarga, hal ini dilakukan oleh Mba Yuli karena takut anggota keluarganya akan tertular. Mungkin jika kita berada di posisi mba Yuli juga akan melakukan hal sama, karena tidak bisa disalahkan juga jika pikiran negatif akan menghantui siapapun orangnya jika diuji dengan sebuah penyakit, apalagi penyakit menular.


Melihat keluarga yang bisa menerima dirinya dengan baik, mba Yuli bangkit dan berjuang untuk menyembuhkan penyakit kusta yang dideritanya. Apa yang mendorong mba Yuli yang akhirnya bangkit dan justru bisa berkarya?


Peran Organisasi PERMATA Sulawesi Selatan bagi Mba Yuliati

Stigma negatif tentang penyakit kusta sudah menyerang mba Yuli, khawatir akan cacat, khawatir akan menularkan ke orang lain, khawatir tidak bisa menikah, khawatir tidak bisa berkarya, ya semua itu kekhawatiran yang dialami mba Yuli. 

Ketika dirinya menjalani pengobatan, mba Yuli akhirnya bisa menerima dirinya dengan penyakit dirinya itu dan bergabung dengan organisasi Permata. Permata adalah Perhimpunan Mandiri Kusta, yang merupakan organisasi dari dan untuk orang yang pernah mengalami penyakit kusta. Organisasi ini tidak hanya ada di Sulawesi Selatan saja, tapi juga ada di Jawa Timur, NTT serta ada juga cabang di Sumatera dan Ambon. Disinilah mba Yuli banyak bertemu dengan penderita kusta lainnya yang saling berbagi pengalaman, yang saling menguatkan. 



Hingga akhirnya mba Yuli tersadarkan jika diluar sana masih banyak yang lebih parah dari apa yang dialaminya tapi mereka bisa terus berjuang dan menikmati hidup. Disinilah mba Yuli berpikir bahwa seharusnya dirinya bisa lebih baik, karena dirinya hanya menderita mati rasa dan sedikit luka kecil dibagian ibu jari kakinya.

Berkat dukungan dan bimbingan yang didapatkan dari organisasi Permata, perlahan mba Yuli bangkit dan melawan stigma negatif di masyarakat dan menyadari untuk apa dirinya terus terpuruk, keegoisan dirinya untuk tidak menanggapi stigma negatif dari orang lain tentang penyakitnya menyadarkan dirinya untuk terus maju dan bangkit.

Peran Permata bukan hanya dirasakan oleh mba Yuli saja, bekerjasama dengan pihak kesehatan, organisasi Permata terus memberikan edukasi secara terus menerus kepada masyarakat luas tentang penyakit kusta dan edukasi itu juga diberikan langsung oleh mereka yang terkena dan bisa sembuh dari penyakit kusta. Salah satunya adalah melakukan kampenya melalui siaran Talkshow Ruang Publik KBR.

Bagaimana Menyembuhkan Penyakit Kusta?

Perlu diketahui kusta ini penyakit menular yang tidak mudah untuk menular karena memang butuh waktu yang intens dan durasi yang lama untuk seseorang bisa terkena penyakit kusta.

Penyakit kusta sendiri sering sekali gejalanya tidak diketahui dan tidak terlihat. Banyak dari penderita penyakit ini bahwa yang dialaminya hanya luka biasa saja, padahal ini merupakan salah satu dari ciri-ciri penyakit kusta. Keterlambatan mendapatkan informasi dan pengobatan yang tepat inilah yang menyebabkan banyak penderita kusta mengalami kecacatan atau disabilitas.

Luka yang terlalu lama tak kunjung sembuh, terdapat bercak, bagian tubuh terasa kebas. Ini gejala-gejala awal yang dialami oleh penderita kusta. Tanda-tanda tersebut seharusnya bisa menjadi pengingat jika ada diantara kita, keluarga atau saudara mengalami hal tersebut dan dalam jangka wakktu yang lama tidak juga sembuh sebaiknya segera melakukan pemeriksaan dan berobat.

Untuk pengobatan penyakit kusta ini juga tergantung dari jenis penyakit kusta yang dideritanya. Pada kusta jenis pausibasilar waktu pengobatan selama 6-9 bulan. Namun pada kasus kusta jenis multibasilar waktu pengobatan selama 12-18 bulan. Durasi pengobatan dapat bertambah jika terjadi gagal pengobatan atau relaps (kambuh).

Pengobatan ini dilakukan agar bisa memutuskan mata rantai penularan, mencegah terjadinya cacat, atau mencegah kecacatan bertambah parah, memperpendek masa pengobatan, dan untuk meningkatkan keteraturan untuk berobat bagi penderitanya.

Kunci penyembuhan dari penyakit kusta ini ini adalah dukungan keluarga dan hapus Stigma. Jika pengobatan medis telah dilakukan, dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar menjadi kunci penyembuhan bagi penderita penyakit kusta.


Pendekatan keluarga sangat penting, dan untungnya mba Yuli mendapatkan hal tersebut dari keluarganya, makanya beliau bisa bangkit dan sembuh dari penyakit kusta. Selain mendeteksi sejak awal dan melakukan pengobatan dukungan keluarga ikut menentukan.

Oleh karena itu, mba Yuli juga mengatakan perlakuan dan dukungan keluarganya yang baik sangat membantu dirinya untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Makanya mba Yuli terpilih menjadi ketua Permata Sulawesi Selatan dan menyemangati kepada penderita kusta lainnya jika penyakit kusta itu bisa disembuhkan dan tetap bisa berkarya dan bisa memiliki hidup yang lebih baik. Bahkan Permata juga ikut mendampingi, menemani para penderita kusta yang masih malu atau tidak mau menjalani pengobatan.

Pesan untuk masyarakat luas juga sangat diperlukan, yuk perlahan hapus stigma negatif yang selama ini tertanam di masyarakat, khawatir akan tertular pasti ada tapi jangan pernah menajuhi bahkan sampai mengutuk penderita kusta. Karena untuk menghapus atau menghentikan penularan rantai penyakit kusta ini, perlu adanya peran dari pemerintah, swasta, dan masyarakat luas.

Setidaknya kita bisa menerima mereka dengan baik, memberikan dukungan agar para penderita kusta bisa mendapatkan pengobatan dengan baik dan akhirnya bisa sembuh dari penyakit kusta. Sehingga mereka para penderita kusta tidak merasa malu untuk menjalani pengobatan.

Pada kesempatan Talkshow Ruang Publik KBR, mba Yuliati memberikan tips, bagaimana OPYMK bisa bersosialisasi kembali di masyarakat. Caranya yang pasti memberikan informasi kepada lingkungan sekitar, bahwa dirinya telah sembuh dan menjalani pengobatan dengan baik sehingga tidak lagi menyebabkan penularan kepada orang lain, selalu menjaga kebersihan diri, lingkungan.

Oiya informasi mengenai Organisasi Permata Indonesia ini bisa kita akses di www.permatasulawesiselatan.com yaaa!!

 

Tidak ada komentar

Terima kasih sudah mampir di Blog saya, semoga bermanfaat.
Tunggu kunjungan balik saya di Blog kalian.

Salam hangat