Beberapa hari ini isi Time Line sedang ramai, karna seorang influencer yang kabur saat dikarantina setelah kembali dari Amerika. Aku pribadi kurang tau banyak mengenai sosoknya, hanya beberapa kali melihat postingan instagram beliau tentang parenting. Nggak bisa disangkal follower dan viewnya memang ramai, dulu sebelum ada masalah ini, sering banged kepikiran kenapa siy, banyak yang bilang jadi panutan parenting?
Ups, kita stop bahas mengenai hal itu sampai disini aja ya!
Ya begitu lah kalau jadi seorang publik figur atau seorang influencer membuat segala tindak-tanduk yang dilakukan akan menjadi perhatian banyak orang. Jadi ya harus siap mental.
Apalagi di era digital seperti sekarang ini, jejak rekam kita tak bisa hilang jadi memang harus hati-hati banged bermain di media sosial. Baik dari perkataan, perbuatan, pertemanan sampai perihal mendidik anak juga menjadi sorotan. Jika terjadi hal yang melenceng mereka kerap mendapatkan cibiran, bahkan cibiran tersebut bisa mendarat ke anggota keluarga dan anak-anak mereka.
Suka sedih siy ini, kalau ada netizen yang suka kelewatan mencibir anak kecil gara-gara tidak suka sama orangtuanya. Tapi, banyak qo, artis yang gaya parentingnya bagus dan menuai pujian dari masyarakat. Salah satunya niy, sosok publik figur Rahayu Saraswati, beliau juga seorang aktivis, dan ibu dari 2 orang anak. Saya pertama kali melihat sosoknya di salah satu chanel yuotuber Indonesia, dan ketika beliau menjadi salah satu pembicara webinar Sahabat YAICI, I know bakalan dapet insight baru tentang parenting.
Selasa, 12 Oktober 2021, Komunitas Menata Keluarga (eMKa) bersama Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) mengadakan Webinar dengan tema "Membangun Karakter Kesadaran Gizi Keluarga Melalui Mindful Parenting". Dari temanya saja sudah bisa di tebak, ini menarik untuk disimak. Dalam Webinar ini menghadirkan beberapa narasumber yang ahli di bidangnya, yaitu :
- Bapak Arif Hidayat SE, MM, Ketua Yayasan YAICI
- Ibu Melly Amaya Kiong, founder Komunitas Menata Keluarga
- Prof. Dr. Ali Alhadar dokter specialis anak
- Ibu Rahayu Saraswati, Ibu dan Publig Figur
Kang Maman yang dipercaya sebagai moderator, megatakan Mindful Parenting itu bagaimana kita mengasuh anak dengan penuh kesadaran yang merupakan strategi untuk terciptanya komunikasi yang efektif dengan anak, untuk itu kita sebagai orangtua harus memperhatikan beberapa hal, yaitu bisa mendengarkan dengan penuh perhatian, tidak menghakimi, dan diperlukan kesabaran.
Setuju banged, karena memang tugas sebagai orangtua itu tidak mudah, kita harus terus belajar dan juga harus mengikuti perkembangan jaman. Pola asuh yang kita terapkan ke anak-anak kita sekarang tidak bisa kita samakan dengan pola asuh yang kita dapatkan dari orangtua kita terdahulu. Jika dulu banyak orangtua yang memberikan susu kental manis sebagai susu kepada anak-anak mereka, namun saat ini kebiasaan tersebut harus kita hilangkan.
Kental Manis Bukan Susu
Memang perkembangan jaman dan kemajuan teknologi sekarang ini tidak menjadikan anak-anak kita terbebas dari kental manis sebagi pengganti ASI dan susu. Faktanya dari penelitian masih banyak masyarakat Indonesia yang percaya kalau kental manis sama dengan susu yang bisa diberikan kepada anak-anak mereka. Kita tidak bisa langsung menghakimi atau menyalahkan mereka begitu saja, disinilah peran kita untuk tidak putus dan berhenti memberikan informasi dan menyebarkannya ke masyarakat luas.
Kita paham betul keterbatasan informasi yang didapatkan oleh mereka menjadi tanggung jawab kita bersama. Salah satunya melalui webinar ini bertujuan agar edukasi mengenai pemberian kental manis kepada anak bukan sebagai pengganti ASI atau sebagai minuman susu, dan juga bertujuan agar tumbuh kembang anak-anak di Indonesia lebih optimal, karena mereka adalah generasi bangsa.
|
sumber : www.shurterstock.com |
Perlu kita reminder terus niy, kalau kental manis itu hanya untuk pemanis atau toping makanan dan minuman saja. Informasi ini yang diharpakan bisa sampai ke masyarakat Indonesia.
Mengingat keluarga sebagai tiang negara memiliki peran penting dalam tumbuh kembang anak, dan membentuk karakter anak karena lebih dari 60 % waktu dihabiskan bersama keluarga. Konsep mindful ini adalah metode afektif pola asuh untuk mengajarkan kebiasaan-kebiasaan baik dan baru kepada anak, semua itu harus dilakukan dengan penuh kesadaran.
Bagaimana caranya kita mengasuh dengan penuh kesadaran?
Penuhi Kecukupan Gizi dan Nutrisi Anak
dr. Ali Alhadar mengatakan anak yang usianya masih dibawah 2 tahun merupakan investasi, dimana di masa ini pertumbuhan otak anak sangat cepat dan setelah melewati usia 2 tahun maka pertumbuhan otak mereka akan melambat. Oleh karena itu 2 tahun ini jangan pernah kita sia-siakan.
Permasalahan perumbuhan anak bukan hanya menjadi permasalahan orangtua saja, tapi pemerintah juga terus memantau permasalahan ini, nah bagaimana kita menyelamatkannya?
Pastinya di masa golden age ini kita dapat memenuhi kecukupan gizi dan nutrisi anak-anak, dengan memperhatikan asupan ASI dan MPASI mereka.
dr. Ali juga mengingatkan kita sebaiknya sebagai orangtua kita jangan memberikan peluang kepada anak-anak untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang tinggi akan kandungan gula garam lemak (GGL), apalagi sampai memberikan kental manis sebagai pengganti ASI dan Susu formula. Big No!
Terkadang yang namannya anak-anak pasti suka dengan yang manis-manis, oleh karena itu kita harus bisa mengeremnya dan membiasakan anak-anak untuk makan dan minum yang bergizi.
Tanamkan Anak-Anak untuk Filter Kebiasaan Baik Sejak Dini
Enggak mudah memang untuk membiasakan hal yang baik dan tidak baik, mana yang boleh dan tidak boleh kepada anak-anak. Ibu Melly Amaya Kiong sangat menyadari hal tersebut, makanya beliau sangat berharap agar konsep Mindful Parenting ini bisa diterapkan oleh orangtua kepada anak-anak mereka.
Karena berbicara tumbuh kembang anak bukan hanya soal fisik atau tubuhnya saha, tapi psikis mereka juga penting untuk diperhatikan, apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini, tentu harus lebih serius lagi perhatian kita.
Dalam menanamkan hal tersebut memerlukan proses, dan dalam proses tersebut kita sebaiknya tetap membiarkan anak-anak untuk mencobanya, tapi jangan sampai berlebihan. Setidaknya dengan melibatkan mereka, kita bisa menunjukan ada sebab dan akibatnya, dan harapannya dengan melewati satu proses tersebut anak-anak akan lebih mengerti alasannya.
Balada yang sering kita temukan untuk menciptakan kedisplinan kepada anak-anak sering datang karena faktor lingkungan yang kurang mendukung. Oleh karena itu Rahayu Saraswati, ketika menanamkan disiplin kepada anak-anak perlu adanya dukungan dari keluarga. Karena disiplin itu harus dilakukan secara konsisten dan kesabaran.
Kita harus menanamkan dan melihat bahwa anak-anak adalah pemimpin masa depan, jadi cara mendidik yang kita berikan kepada mereka juga merupakan bentuk kasih sayang kita kepada anak-anak.
Tidak ada komentar
Terima kasih sudah mampir di Blog saya, semoga bermanfaat.
Tunggu kunjungan balik saya di Blog kalian.
Salam hangat